Nicholas Galitzine 'malu' memerankan karakter LGBTQ+

尼古拉斯·加利津對扮演LGBTQ+角色感到“內疚”

Di era di mana keberagaman dan inklusivitas menjadi nilai arus utama dalam masyarakat, pilihan peran dan interpretasi dalam industri seni pertunjukan semakin banyak disorot dan didiskusikan. Diskusi ini menjadi semakin hangat dan kontroversial ketika menyangkut representasi komunitas LGBTQ+. Baru-baru ini, komentar aktor Inggris Nicholas Galitzine telah membawa topik ini ke permukaan.

Nicholas Gallitzin adalah aktor muda berbakat yang dikenal karena penampilannya dalam sejumlah produksi film dan televisi. Namun, baru-baru ini dia mengaku dalam sebuah wawancara bahwa dia merasa "bersalah" karena memerankan karakter LGBTQ+, sebuah pernyataan yang memicu banyak diskusi dan refleksi.

Sejujurnya, diskusi mengenai apakah aktor heteroseksual dan cisgender harus memainkan peran LGBTQ+ dalam program TV dan film telah diperdebatkan selama beberapa waktu. Di satu sisi, ada yang percaya bahwa profesi seorang aktor adalah memainkan berbagai peran, dan selama kemampuan akting mereka bagus, mereka tidak boleh dibatasi oleh orientasi seksual mereka. Di sisi lain, ada juga suara-suara yang mengatakan bahwa karakter yang keren seharusnya diperankan oleh anggota komunitas LGBTQ+, karena hal ini akan menjadi penggambaran yang lebih realistis dari cerita dan emosi mereka, dan akan menjadi tanda penghormatan dan afirmasi bagi komunitas tersebut.

Nicholas telah memainkan sejumlah peran LGBTQ+ sepanjang kariernya, termasuk memerankan seorang pangeran Inggris yang tidak biasa dalam film laris Red, White and Brilliant Blue. Dia mengatakan bahwa meskipun dia heteroseksual, dia telah terlibat dalam beberapa cerita yang sangat keren dan bangga akan hal itu. Namun, ia mengakui bahwa ia terkadang khawatir akan mengambil tempat yang seharusnya diperuntukkan bagi aktor LGBTQ+, dan merasakan ketidakpastian serta rasa bersalah karenanya.

Pengakuan aktor ini telah memicu pemikiran lebih lanjut tentang inklusivitas dan keragaman dalam industri seni pertunjukan. Ketika kita membahas masalah ini, mungkin inilah saatnya untuk mempertimbangkan tidak hanya seksualitas para aktor, tetapi bagaimana industri ini secara keseluruhan dapat merefleksikan dan menghormati kisah setiap individu dengan lebih baik. Bagaimanapun juga, tujuan akhir dari seni adalah untuk menunjukkan berbagai sisi dari sifat manusia dan memungkinkan setiap suara untuk didengar.

Pengalaman dan perasaan Nicholas Gallitzin mengingatkan kita bahwa sementara kita mengejar keragaman dan inklusivitas, kita juga perlu terus merenung dan berdiskusi untuk menemukan titik keseimbangan yang paling sesuai. Hanya dengan cara ini kita dapat memastikan bahwa setiap cerita diberikan penghormatan dan presentasi yang layak, dan bahwa setiap karakter menemukan penerjemah yang paling sesuai.

tren modis

Cerita Terbaru

id_IDBahasa Indonesia