Ulasan Dragon's Dogma 2 berbeda: mengapa beberapa gamer menyukainya dan yang lain tidak

Menjelajahi Preferensi Karakter dan Refleksi Sosial dalam Dragon's Dogma 2

Di masa lalu, sikap masyarakat terhadap orientasi seksual jauh lebih terbuka dan menerima dibandingkan saat ini. Ada suatu masa ketika istilah "homoseksual" disalahgunakan sebagai penghinaan untuk menyebut orang-orang yang tidak sesuai dengan perilaku atau minat yang dianggap "normal" oleh masyarakat umum pada saat itu. Entah itu prestasi akademis Anda, selera musik Anda, atau bahkan merek minuman yang Anda sukai, hal tersebut dapat digunakan orang lain untuk mencap Anda sebagai "gay". Untungnya, seiring berjalannya waktu, pemikiran sempit ini perlahan-lahan digantikan oleh sikap yang lebih terbuka dan inklusif.

Dalam masyarakat saat ini, homoseksualitas tidak lagi menjadi istilah yang digunakan untuk mempermalukan atau merendahkan orang lain. Sebaliknya, hak-hak dan keberadaan komunitas LGBTQ+ semakin diakui dan dihormati. Pergeseran ini terlihat jelas di berbagai bidang, termasuk budaya pop, politik, dan kehidupan sehari-hari. Namun, kemajuan ini tidak terjadi dalam semalam; dibutuhkan upaya dan perjuangan banyak orang untuk mencapainya.

Dengan latar belakang ini, Dragon's Dogma 2 dari Capcom menonjol. Gim ini tidak hanya dicintai oleh para gamer karena kustomisasi karakternya yang mendalam dan ceritanya yang menarik, tetapi juga dipuji karena keterbukaannya dalam menangani masalah hubungan antar-karakter dan orientasi seksual. Dalam gim ini, pemain bebas memilih dan membangun karakter sesuai dengan preferensi mereka, tanpa ada kerangka kerja tetap yang membatasi mereka dalam hal jenis kelamin, penampilan, atau orientasi seksual.

Desain ini tidak hanya mempersonalisasi dan memperkaya pengalaman bermain game, tetapi juga mencerminkan penerimaan dan penghormatan masyarakat terhadap keragaman orientasi seksual dan identitas gender. Ketika pemain membuat tim yang semuanya perempuan atau semuanya laki-laki dalam game, interaksi dan dialog di antara karakter game secara alami akan mencerminkan pilihan ini, tetapi tidak pernah dengan cara yang merendahkan atau diskriminatif. Pendekatan yang halus ini membuat game ini tidak hanya menjadi petualangan yang menyenangkan, tetapi juga eksplorasi dan perayaan keragaman gender dan seksual.

Konsep desain Dragon's Dogma 2 merupakan pukulan telak bagi pemikiran sempit di masa lalu. Hal ini tidak hanya menunjukkan konsep progresif para pengembang game, tetapi juga menyediakan platform bagi para pemain untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka secara bebas. Dalam dunia game ini, setiap orang dapat menciptakan karakter mereka sendiri dan menikmati petualangan seperti yang mereka inginkan tanpa harus khawatir dilabeli dengan cara apa pun.

Seiring dengan kemajuan masyarakat, kami memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa akan ada lebih banyak karya seperti Dragon's Dogma 2 di masa depan, yang tidak hanya memberikan pengalaman hiburan yang berkualitas, tetapi juga mempromosikan pemahaman dan penghormatan terhadap keragaman dan inklusivitas dalam masyarakat. Setiap langkah di sepanjang jalan, meskipun kecil, sangat penting.

tren modis

Cerita Terbaru

id_IDBahasa Indonesia