Southern Poverty Law Centre memasukkan influencer anti-LGBTQ+ Chaya Raichik ke dalam daftar ekstremis
Dalam masyarakat saat ini, pengaruh media sosial tidak dapat diremehkan; tidak hanya menjadi saluran penting untuk informasi dan hiburan, tetapi juga menjadi medan pertempuran untuk pertukaran ideologi dan sudut pandang. Baru-baru ini, Southern Poverty Law Center (SPLC) menambahkan seorang influencer kebencian anti-LGBTQ+ bernama Chaya Raichik ke dalam basis data publik tentang individu, organisasi, dan ideologi ekstremis, yang memicu kekhawatiran yang meluas.
Chaya Raichik, yang aktif di media sosial dengan nama panggilan "Libs Of TikTok", dituduh oleh SPLC membantu menghidupkan kembali cercaan anti-LGBTQ+ "groomer" dalam propaganda sayap kanan, yang berarti bahwa semua LGBTQ+ adalah pedofil. Dia telah menyebarkan teori konspirasi anti-LGBTQ+ bahwa "penculik" telah menyusup ke setiap institusi sosial dengan tujuan "menggauli" anak-anak.
Laporan SPLC menyatakan bahwa Raichik menggunakan platform media sosialnya untuk memajukan "kampanye disinformasi anti-LGBTQ+", memobilisasi kelompok-kelompok ekstremis sayap kanan untuk menyerang orang-orang, tempat, dan acara-acara LGBTQ+, serta dokter, rumah sakit, pustakawan, perpustakaan, guru, dan sekolah. Perilaku seperti itu tidak hanya menyebabkan kerugian langsung bagi para korban, tetapi juga berdampak negatif pada keharmonisan dan inklusivitas sosial.
Menurut investigasi SPLC, propaganda anti-LGBTQ+ yang dilakukan Raichik dimulai sejak tahun 2021, ketika ia beralih dari menggunakan akun @LibsofTikTok di X (yang saat itu dikenal sebagai Twitter) untuk menyebarkan teori konspirasi tentang COVID-19 dan pemilu 2020, menjadi menggunakan narasi "pengubah" palsu dan kemudian mendapatkan daya tarik baru di sisi kanan. "Libs of TikTok sekarang memiliki lebih dari 3 juta pengikut di X, dan unggahan anti-LGBTQ+ Raichik telah dikaitkan dengan ancaman nyata terhadap sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan orang-orang yang menjadi targetnya.
Liputan SPLC tentang Raichik berfokus pada enam insiden di mana rumah sakit anak dan dokter tertentu menghadapi pelecehan dan ancaman kekerasan karena dia menerbitkan unggahan yang salah atau menyesatkan tentang perawatan afirmasi gender yang disediakan oleh rumah sakit anak dan dokter tertentu. Perilaku semacam ini tidak hanya berdampak serius pada organisasi dan profesional kesehatan, tetapi juga menyebabkan kerugian yang tak terukur bagi anak-anak dan keluarga yang membutuhkan layanan ini.
Di era yang semakin beragam dan inklusif ini, kita harus bekerja sama untuk menentang segala bentuk kebencian dan prasangka serta menciptakan lingkungan sosial yang aman, setara, dan saling menghormati untuk semua. Platform media sosial dan semua sektor masyarakat harus waspada terhadap perilaku seperti itu dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyebaran ujaran kebencian dan kejahatan kebencian.